Peluang
dan Tantangan koperasi
Tantangan koperasi
dalam menghadapi globalisasi antara lain :
1) Keterbatasan informasi pasar dan teknologi
;
2) kendala dalam akses
permodalan ;
3) kapasitas SDM yang
relatif rendah disebabkan faktor budaya yang membatasi ruang geraknya dalam
berorganisasi ; dan
4) belum dikenalnya
keberadaan koperasi dikalangan masyarakat. Solusi menggerakan denyut nadi
koperasi menghadapi globalisasi adalah melalui pemberdayaan masyarakat sendiri
secara profesional, otonom, dan mandiri dalam arti berkemampuan mengelola usaha
sebagaimana layaknya badan usaha lain, koperasi juga harus mampu mengoptimalkan
potensi ekonominya serta memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan seluruh
perilaku ekonomi. Dengan semakin besarnya peluang masyarakat dan meningkatnya
jumlah kelompok masyarakat yang memiliki usaha produktif, perlu dipertimbangkan
untuk menumbuhkan koperasi-koperasi baru yang otonom, dan mandiri. Untuk itu perlu
:
1) dimotivasi melalui pendidikan ;
2) sosialisasi dalam rangka pengembangan
sosial kapital kelompok masyarakat ;
3) membangun sistem pemberdayaan ekonomi kaum
masyarakat ;
4)memacu pengembangan usaha produktif ;
5) menumbuhkan jiwa
kewirakoperasian serta
6) mempermudah
mekanisme pendirian koperasi.
Gema globalisasi perekonomian dunia yang ditandai dengan dunia tanpa batas (borderlerss World) dan terbukanya pasar bebas membuka peluang bisnis bagi sebgaian kalangan, tetapi juga menumbuhkan kesulitan dari kalangan lainnya. Para penganut ekonomi pasar bebas sangat yakin dan berargumentasi bahwa konsep persaingan terbuka ini akan memberikan dampak positif bagi semua lapisan mayarakat semua tempat, berupa pendistribusian hasil-hasil pembangunan ekonomi yang proposional
Gema globalisasi perekonomian dunia yang ditandai dengan dunia tanpa batas (borderlerss World) dan terbukanya pasar bebas membuka peluang bisnis bagi sebgaian kalangan, tetapi juga menumbuhkan kesulitan dari kalangan lainnya. Para penganut ekonomi pasar bebas sangat yakin dan berargumentasi bahwa konsep persaingan terbuka ini akan memberikan dampak positif bagi semua lapisan mayarakat semua tempat, berupa pendistribusian hasil-hasil pembangunan ekonomi yang proposional
2. POTENSI DAN
TANTANGAN BAGI KOPERASI DALAM MENGHADAPI GLOBALISASI
Potensi Koperasi
Dengan adanya otonomi daerah, menyebabkan terputus hubungan struktural antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hal tersebut menimbulkan kesulitan dalam memantau perkembangan koperasi Indonesia. Data perkembangan koperasi yang dapat dilaporkan adalah data tahun 2000 dan data yang paling mutakhir adalah data 2006 yang merupakan hasil kajian pendataan koperasi yang responsif gender Indonesia oleh Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK. Dari data tersebut, data dikemukakan bahwa secara kuantitatif perkembangan koperasi menunjukan peningkatan yang signifikan, seperti peningkatan jumlah koperasi aktif, jumlah karyawan dan manager, permodalan dan volume usahanya. Sementara jika dilihat dari kualitas, koperasi cenderung lebih konsisten dan memberikan dampak positif yanglebih luas yaitu penigkatan kesejahteraan keluarga.
Sesuai RPJM 2005 dimana ditargetkan perwujudan 70000 unit koperasi berarti ada tantangan bagi pemerintah untuk menumbuhkan dan memantapkan koperasi. Prioritas pada pemberdayaan koperasi juga bisa dilihat dari kenyataan bahwa koperasi cenderung lebih konsisten dibanding jenis lainnya. Dan koperasi dapat menumbuhkan antara lain kelompok usaha masyarakat yang produktif dan potensial, karena keberadaan kelompok tersebut cukup banyak.
Kementerian Negara Koperasi dan UKM dari tahun 2004-2006 adalah sebanyak 184 kelompok 32 propinsi yang mendapatkan bantuan perkuatan modal usaha berbentuk dana bergulir melalui koperasi (KSP/USP) dengan pola tanggung renteng.
Pada tahun 2007 Kementerian Negara Koperasi dan UKM akan memberikan bantuan perkuatan modal usaha kepada satu kelompok tanggung renteng melalui satu KSP/USP per propinsi sebesar Rp.22.500.000,-. Kelompok tanggung renteng dimaksud merupakan kelompok usaha produktif yang utamanya terdiri dari 1kelompok 15 orang. Diharapkan kedepan dapat dikembangkan menjadi wadah koperasi tersendiri atau menjadi anggota koperasi yang telah ada.
Adanya kelompok usaha masyarakat maupun kelompok produktif merupakan salah satupeluang bagi pengembangan koperasi baru. Maka pada tahun 2005-2007 telah terbentuk 1.555 unit koperasi baru 11 propinsi, dimana 124 unit (7,97%) adalah koperasi baru pada 6 propinsi.
Dengan adanya otonomi daerah, menyebabkan terputus hubungan struktural antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hal tersebut menimbulkan kesulitan dalam memantau perkembangan koperasi Indonesia. Data perkembangan koperasi yang dapat dilaporkan adalah data tahun 2000 dan data yang paling mutakhir adalah data 2006 yang merupakan hasil kajian pendataan koperasi yang responsif gender Indonesia oleh Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK. Dari data tersebut, data dikemukakan bahwa secara kuantitatif perkembangan koperasi menunjukan peningkatan yang signifikan, seperti peningkatan jumlah koperasi aktif, jumlah karyawan dan manager, permodalan dan volume usahanya. Sementara jika dilihat dari kualitas, koperasi cenderung lebih konsisten dan memberikan dampak positif yanglebih luas yaitu penigkatan kesejahteraan keluarga.
Sesuai RPJM 2005 dimana ditargetkan perwujudan 70000 unit koperasi berarti ada tantangan bagi pemerintah untuk menumbuhkan dan memantapkan koperasi. Prioritas pada pemberdayaan koperasi juga bisa dilihat dari kenyataan bahwa koperasi cenderung lebih konsisten dibanding jenis lainnya. Dan koperasi dapat menumbuhkan antara lain kelompok usaha masyarakat yang produktif dan potensial, karena keberadaan kelompok tersebut cukup banyak.
Kementerian Negara Koperasi dan UKM dari tahun 2004-2006 adalah sebanyak 184 kelompok 32 propinsi yang mendapatkan bantuan perkuatan modal usaha berbentuk dana bergulir melalui koperasi (KSP/USP) dengan pola tanggung renteng.
Pada tahun 2007 Kementerian Negara Koperasi dan UKM akan memberikan bantuan perkuatan modal usaha kepada satu kelompok tanggung renteng melalui satu KSP/USP per propinsi sebesar Rp.22.500.000,-. Kelompok tanggung renteng dimaksud merupakan kelompok usaha produktif yang utamanya terdiri dari 1kelompok 15 orang. Diharapkan kedepan dapat dikembangkan menjadi wadah koperasi tersendiri atau menjadi anggota koperasi yang telah ada.
Adanya kelompok usaha masyarakat maupun kelompok produktif merupakan salah satupeluang bagi pengembangan koperasi baru. Maka pada tahun 2005-2007 telah terbentuk 1.555 unit koperasi baru 11 propinsi, dimana 124 unit (7,97%) adalah koperasi baru pada 6 propinsi.
3. MASALAH DAN TANTANGAN KOPERASI
Masalah dan tantangan yang dihadapi koperasi adalah
sebagai berikut:
a) Akses terhadap informasi pasar dan teknologi masih relatif rendah
Khususnya dalam penerapan sistem administrasi dan keuangan yang masih tertinggal jauh sehingga sulit bersaing dengan pengusaha lainnya.
b) Akses terhadap sumber permodalan masih rendah.
Berdasarkan pengamatan dan penelitian pada kenyataannya beberapa koperasi yang lebih mengandalkan modal sendiri. Mereka cukup puas dengan modal yang dipupuk sendiri, walaupun sebenarnya membuthukan tambahan modal dari pihak luar.
c) Kapasitas Sumber Daya Manusia masih rendah
Faktor budaya menjadi salah satu kendala rendahnya tingkat pendidikan formal masyarakat juga tidak memberi kesepatan untuk terlalu banyak aktif dalam berorganisasi. Hal itu menyebabkan mereka banyak yang menjadi tenga paruh waktu dala koperasi. Dengan terbatasnya kapasitas sumberdaya manusia akan berpengaruh pula dalam akses informasi pasar dan teknologi. Sehingga mengakibatkan koperasi kalah bersaing dengan pelaku usaha yang lain.
d) Keberadaan koperasi belum cukup dikenal apalagi mengakar kalangan masyarakat.
Berdasarkan pengamatan terhadap beberapa kelompok masyarakat ternyata sebagian daripada mereka tidak tahu akan keberadaan peran koperasi sebagai organisasi ekonomi yang dapat memberikan bantuan dalam berbagai aspek perekonomian. Ada sebagian kelompok lain yang takut ikut berorganisasi karena mereka menduga bahwa keikutsertaanya harus membayar sejumlah uang.
a) Akses terhadap informasi pasar dan teknologi masih relatif rendah
Khususnya dalam penerapan sistem administrasi dan keuangan yang masih tertinggal jauh sehingga sulit bersaing dengan pengusaha lainnya.
b) Akses terhadap sumber permodalan masih rendah.
Berdasarkan pengamatan dan penelitian pada kenyataannya beberapa koperasi yang lebih mengandalkan modal sendiri. Mereka cukup puas dengan modal yang dipupuk sendiri, walaupun sebenarnya membuthukan tambahan modal dari pihak luar.
c) Kapasitas Sumber Daya Manusia masih rendah
Faktor budaya menjadi salah satu kendala rendahnya tingkat pendidikan formal masyarakat juga tidak memberi kesepatan untuk terlalu banyak aktif dalam berorganisasi. Hal itu menyebabkan mereka banyak yang menjadi tenga paruh waktu dala koperasi. Dengan terbatasnya kapasitas sumberdaya manusia akan berpengaruh pula dalam akses informasi pasar dan teknologi. Sehingga mengakibatkan koperasi kalah bersaing dengan pelaku usaha yang lain.
d) Keberadaan koperasi belum cukup dikenal apalagi mengakar kalangan masyarakat.
Berdasarkan pengamatan terhadap beberapa kelompok masyarakat ternyata sebagian daripada mereka tidak tahu akan keberadaan peran koperasi sebagai organisasi ekonomi yang dapat memberikan bantuan dalam berbagai aspek perekonomian. Ada sebagian kelompok lain yang takut ikut berorganisasi karena mereka menduga bahwa keikutsertaanya harus membayar sejumlah uang.
4. UPAYA MENGERAKKAN DENYUT NADI KOPERASIGlobalisasi
yang ditandai dengan adanya persaingan pasar bebas tidaklah selalu buruk,
bahkan menjadi tantangan bagi para pelaku ekonomi termasuk koperasi, untuk
memanfaatkan peluang-peluan yang ada, seperti adanya informasi yang lebih
terbuka, semua pihak dapat bebas mendapatkan akses informasi, persaingan lebih
fair dan adil. Serta akses teknologi mudah terjangkau dan biayanyapun murah.
Agar koperasi dapat bertahan dalam menghadapi globalisasi pemberdayan koperasi
oleh masyarakat secara profesional yang otonom dan mandiri dalam arti
berkemampuan dalam mengelola usaha sebagaimana layaknya badan usaha lain. Dalam
globalisasi koperasi juga dituntut untuk mengoptimalkan potensi ekonominya
serta berkemampuan untuk bekerjasama, saling menghargai, menghormati antar
koperasi dan seluruh stakeholder lainnya dengan tetap mendapatkan perhatian
dari pemerintah. Regulasi peraturan pemerintah diperlukan jika terjadi
kesalahan pasar sebagai akibat dari terjadinya kecurangan dari pelaku ekonomi
yang kuat terhadap yang lemah atau pasar bergerak kearah munculnya persaingan.
Intervensi pemerintah dalam bentuk perlindungan diperlukan dalam rangka
mengendalikan perilaku ekonomi, bukan pranata ekonomi.
Untuk memperkuat karakter bisnis koperasi,program pendidikan dan sosialisasi harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam berorganisasi dan praktek bisnis koperasi. Pendidikan dan sosialisasi dibutuhkan untuk merubah mindset, meningkatkan kualitas dan kompetensi, manajerial dan bagaimana membangun jaringan serta memperkenalkan citra koperasi dan program konversi atau pembentukan koperasi beserta konsekuensi (biaya) yang ditimbulkannya.
Dalam rangka prengembangan kapabalitas usaha koperasi agar bertahan globalisasi dibutuhkan pula pendampingan yang dapat memperbaiki manajemen usaha, kualitas produk dan pengembangan pasar. Lembaga pendampingan seperti BDS/LPB dan inkubator perlu diberdayakan kembali oleh pemerintah, sehingga mampu menjalankan perannya sebagai tenaga konsultan yang sangat dibutuhkan UKM dan Koperasi.
Sebagian besar koperasi yakni sebanyak 65 % nya memiliki jenis Usaha Simpan Pinjam (USP) yang memberikan pelayanan pinjaman kredit untuk pemenuhan kebutuhan modal usaha bagi anggotanya. Keberadaan USP yang dikelola oleh masyarakat tersebut cukup signifikan manfaatnya. Bagi anggota demikian pula terhadap dukungan penghasilan bagi lembaga koperasinya. Namun demikian, agar tetap eksis perlu dilaksanakan:
(1) Pembenahan kembali kinerja KSP/USP
(2) Penetapan pengelolaanya harus benar-benar memiliki kemampuan dan kemahiran profesional keuangan dibidang mikro
(3) Perlu dipertimbangkan adanya badan atau tenaga fungsional khusus ditingkat daerah yang memantau dan mengawasi kesehatan koperasi yang memiliki USP mengingat bidang usaha memiliki kekhususan seperti bank,
(4) Serta perlu dukungan dari kalangan perbankan sebagai mita KSP/ USP
Untuk memperkuat karakter bisnis koperasi,program pendidikan dan sosialisasi harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam berorganisasi dan praktek bisnis koperasi. Pendidikan dan sosialisasi dibutuhkan untuk merubah mindset, meningkatkan kualitas dan kompetensi, manajerial dan bagaimana membangun jaringan serta memperkenalkan citra koperasi dan program konversi atau pembentukan koperasi beserta konsekuensi (biaya) yang ditimbulkannya.
Dalam rangka prengembangan kapabalitas usaha koperasi agar bertahan globalisasi dibutuhkan pula pendampingan yang dapat memperbaiki manajemen usaha, kualitas produk dan pengembangan pasar. Lembaga pendampingan seperti BDS/LPB dan inkubator perlu diberdayakan kembali oleh pemerintah, sehingga mampu menjalankan perannya sebagai tenaga konsultan yang sangat dibutuhkan UKM dan Koperasi.
Sebagian besar koperasi yakni sebanyak 65 % nya memiliki jenis Usaha Simpan Pinjam (USP) yang memberikan pelayanan pinjaman kredit untuk pemenuhan kebutuhan modal usaha bagi anggotanya. Keberadaan USP yang dikelola oleh masyarakat tersebut cukup signifikan manfaatnya. Bagi anggota demikian pula terhadap dukungan penghasilan bagi lembaga koperasinya. Namun demikian, agar tetap eksis perlu dilaksanakan:
(1) Pembenahan kembali kinerja KSP/USP
(2) Penetapan pengelolaanya harus benar-benar memiliki kemampuan dan kemahiran profesional keuangan dibidang mikro
(3) Perlu dipertimbangkan adanya badan atau tenaga fungsional khusus ditingkat daerah yang memantau dan mengawasi kesehatan koperasi yang memiliki USP mengingat bidang usaha memiliki kekhususan seperti bank,
(4) Serta perlu dukungan dari kalangan perbankan sebagai mita KSP/ USP
Apabila kegiatan-kegiatan itu dilakukan dengan
konsisten dan fokus maka diharapkan dapat memotivasinya untuk mengembangkan
wadah pengurusan akte notaris dalam paket bantuan perkuatan yang diberikan
kepada koperasi dan UKM.
Khususnya mengenai pendidikan dan sosialisasi kegiatan ini perlu diadakan dalam rangka pengembangan sosial kapital kelompok masyarakat, membangun sistem perberdayaan ekonomi masyarakat, memacu pengembangan usaha produktif, menumbuhkan jiwa kewirakoperasian dan mekanisme pembentukan koperasi.
Khususnya mengenai pendidikan dan sosialisasi kegiatan ini perlu diadakan dalam rangka pengembangan sosial kapital kelompok masyarakat, membangun sistem perberdayaan ekonomi masyarakat, memacu pengembangan usaha produktif, menumbuhkan jiwa kewirakoperasian dan mekanisme pembentukan koperasi.
Perencanaan Strategi Pemasaran
Strategi
Pemasaran (Marketing Strategy)
adalah proses menentukan target pasar dengan strategi bauran pemasaran yang
terkait dimana:
Target Market; adalah sekelompok pelanggan homogen atau pasar yang
ingin dilayani permintaannya oleh perusahaan.
Bauran
Pemasaran (Marketing Mix); adalah variabel-variabel yang disusun oleh
perusahaan dalam rangka untuk memuaskan target market tersebut. Marketing Mix
adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari
sistem pemasaran perusahaan, yaitu : produk, struktur harga, kegiatan promosi
dan sistem saluran distribusi. Variabel-variabel marketing mix ini dapat
dipakai sebagai dasar untuk mengambil suatu strategi dalam usaha mendapatkan
posisi yang sangat strategis dipasar.
Beberapa istilah yang sangat
penting dalam konteks pemasaran
Produk (barang, jasa, ide);
Segala hasil kerja manusia yang dapat ditawarkan kepada manusia lainnya baik
berupa barang, jasa atau ide. Konsumen akan menyukai produk yang menawarkan
mutu terbaik, kinerja terbaik dan sifat terbaik sehingga perusahaan harus
memfokuskan diri pada perbaikan produk yang terus menerus, menyukai produk yang
mudah diperoleh dan sangat terjangkau karenanya manajemen harus berfokus pada
perbaikan efisiensi produksi dan distribusi.
Nilai; Perkiraan konsumen atas suatu
produk untuk kepuasan mereka, apa yang dirasakan / diinginkan, perbedaan antara
nilai yang dinikmati pelanggan karena memiliki serta menggunakan suatu produk
dan biaya untuk memiliki produk tersebut.
Biaya; Harga yang harus dibayar
konsumen atas produk yang dikonsumsi
Kepuasan; Seberapa puas konsumen atas
produk yang mereka konsumsi (kesesuaian antara harapan dan kenyataan), Kepuasan
(customer satisfaction):
tingkatan dimana kinerja yang dirasakan (perceived
performance) poduk akan sesuai dengan harapan seorang pembeli atau tidak
Pasar; Tempat yang berisi semua
pelanggan potensial yang berniat untuk transaksi terhadap suatu produk.
Kerangka Kerja Manajemen Pemasaran
Salah seorang marketing bercerita tentang bagaimana target
penjualan dari perusahaannya sangat tinggi. Tinggi sekali kayak tembus langit
ketujuh. Tapi gak apa-apa, kata Bung Karno, (kira-kira berdasar asumsi saya
pribadi) bermimpilah (bercita-citalah) setinggi langit, bila itu tidak tercapai,
setidaknya kamu berada di antara bintang-bintang. Hehehe
Well, sebagai seorang marketer, tidak boleh ada kata
tidak. Berapapun targetnya, harus bisa dicapai. Setidaknya sebagai seorang
marketer, harus mampu mendesain roadmap, menggambar success path, menyusun
action plan untuk mencapai target tersebut.
Nah.. ini ada alat bantunya yang saya sebut Marketing
Pyramid Framework alias Kerangka Kerja Piramida Marketing sebagaimana tergambar
pada gambar berikut ini. Nb : Tidak ada teori baru dari artikel saya ini. Saya
cuma menggambarkannya dengan menyadur buku-buku marketing dan teori-teori para
pakar Marketing.
PERTAMA adalah SALES. Pencapaian target penjualan ditunjukkan dengan adanya
penjualan alias SALES. Bicara SALES sendiri ada berbagai macam, tentang bagaimana
cara pembayaran – tunai atau tempo.
Nah di dunia yang modern, SELLING kadang tidak lagi dilakukan oleh
manusia. Tetapi dilakukan oleh mesin. Maka, saya membaginya menjadi 2 entitas.
Sales Person – ya, ini adalah orang
yang melakukan penjualan.
Sales (semi) Robot – Anda mengenal
tentang affiliasi atau online store. Mostly menggunakan robot atau teknologi
informasi dalam melakukan penjualan. Beberapa produk yang harganya terjangkau
oleh banyak orang, sangat bisa menggunakan Sales Robot mendekati 100%. Tetapi
untuk barang yang tergolong mewah, penggunaan Sales Robot mendekati 0%.
Nah seorang tenaga penjual harus memiliki soft skill yang
mendukung dirinya, misal bagaimana cara mendekati prospek, bagaimana cara
berbicara, bagaimana cara menyapa dll. Sedangkan Sales Robot butuh sistem dan
algoritma yang bagus agar mampu menangani penjualan dengan mengurangi
keterlibatan manusia.
Jadi kesimpulannya untuk mendatangkan SALES yang banyak, harus
mendatangkan LEAD yang banyak pula. Yange mengelola LEAD menjadi SALES adalah
proses SELLING. Pertanyaannya, siapa yang mendatangkan LEAD. Jawabannya adalah
AWARENESS sebagai piramida KETIGA.
Dalam AWARENESS, Anda sudah belajar banyak tentang Branding,
tentang Facebook Marketing, tentang Advertising, tentang Pull and Push
Strategy, tentang Email Marketing, tentang Backlink, tentang Spamming, tentang
digital marketing, tentang integrated digital marketing, tentang marketing
channel and distribution, bahkan tentang afiliasi dll. Lebih mendalam lagi,
Anda belajar tentang copywriting, tentang eye catching, tentang warna dll.
Explore saja blog saya ini, banyak artikel tentang apa yang saya sebut di atas,
walau tidak semuanya. Hehehe
Pokoknya segala hal yang membuat orang lain akan banyak tahu
tentang produk Anda. Nah, itu saya sebut AWARENESS, agar orang awas tentang
produk Anda.
Yang KEEMPAT adalah PRODUCT. Ya..PRODUK! Apa yang
harus di-awareness-kan, kan ya produk atau boleh juga jasa. Intinya apa yang
mau kita jual. Ketika kita bicara tentang produk, maka tidak lepas dari 4P
(Price, Product, Promotion, Place), juga USP – Ultimate
Advantage,Sensational Offer, dan Powerful Promise dari Marketing
Revolution-nya Pak Tung, yang ujungnya juga belajar tentang Differentiation.
Yang KELIMA adalah RESEARCH, tentang bagaimana
Anda menemukan produk yang akan dijual, apa yang dimaui oleh pasar, kepada
siapa menjualnya, berapa banyak permintaannya, akan mudah diterima atau tidak.
Anda bisa menggunakan SWOT Analysis, PEST Analysis, Wrap and Pepper Analysis
dan metode-metode riset lainnya.
Mungkin ada yang bilang, ngapain riset-riset segala, langsung
action aja. Ini tidak salah tapi tidak 100% benar. Sebenarnya riset itu sendiri
ada di setiap langkah piramida di atas. Riset dalam action ada pada Strategi
DOI (Do and Improvement), ini sebenarnya strategi riset yang berbaur dengan
action. Lakukan dulu, baru diperbaiki.
KESIMPULANNYA adalah untuk mencapai SALES yang banyak, perlu lead
yang besar yang diolah oleh SELLING menjadi closing. Untuk mendatangkan lead
yang banyak perlu AWARNESS yang integrated dan comprehensive (uoopooo to iki).
Apa yang di-awareness-kan, tentu adalah PRODUK dan menciptakan produk yang
bagus, Anda butuh RESEARCH.
Apakah bila telah mempelajari semuanya bakal menjamin sukses di
penjualan? Tunggu dulu, mungkin Anda perlu membaca tentang Marketing Langitan.
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar